WELCOME

Minggu, 27 Januari 2008

RESENSI - Perempuan Punya Cerita


Kalyanashira kembali menghadirkan sebuah film bertema perempuan setelah Berbagi Suami. Kali ini dibesut oleh empat perempuan sekaligus sebagai sutradara dan mengusung empat cerita berbeda, di empat belahan tempat yang berbeda dengan cerita yang berbeda tentunya. Yang sama adalah semuanya adalah cerita dari sudut pandang perempuan.

Penggambaran banyak cerita dalam sebuah film memang sudah sering dipakai di beberapa film, dan umumnya menghasilkan efek yang menakjubkan. Untuk menyebut beberapa di antaranya yang bagus: Traffic, Babel, Amores Perros, Pulp Fiction, dan yang paling baru dengan kolaborasi 22 sutradara dengan 18 cerita, Paris, je t’aime.

Kesemua cerita di film ini memang cukup mengocok emosi, di mana perempuan digambarkan sebagai korban, khususnya korban dari dunia yang patriarki. Perempuan bagaimana pun di dunia ini tetap menjadi the lesser sex, dimana kesetaraan masih menjadi mimpi di siang bolong, khususnya di negeri kita ini.

Di antara keempatnya saya mengacungkan jempol terutama pada penggalan Cerita Pulau, yang mengangkat kasus aborsi yang terpaksa dilakukan seorang bidan, demi menyelamatkan perempuan yang lain sebagai korban. Masyarakat, bagaimanapun, tidak bisa menerima aborsi, walaupun dengan niat untuk menyelamatkan. Mereka lebih senang menjadikan perempuan sebagai korban, ketimbang berbuat “dosa” dengan mengamini sebuah aborsi. Miris… Jempol saya juga buat Rachel Maryam yang memerankan anak perempuan yang mengalami kelainan mental.

Cerita yang lain perlu dikritik di beberapa tempat. Cerita Yogyakarta kurang terasa Jawanya dan Cerita Cibinong kurang terasa Sundanya. Mungkin memang sulit untuk membawa keseluruhan aura daerah dalam waktu hanya setengah jam. Begitu pula dengan Cerita Jakarta, yang kurang terasa aroma Cina-nya. Bahkan sedikit cacat dengan adegan ibu yang menyuruh anaknya untuk berangkat lebih pagi karena harus naik angkutan umum karena lagi gak bisa naik mobil pribadi. Lah emang kalau naik kendaraan pribadi gak harus berangkat pagi? Bukannya macet juga. Jakarta gitu loh!

Untuk membuat film yang sudah baik ini menjadi sebuah film yang luar biasa kayaknya filmnya ini masih kurang gongnya. Keempat film ini belum bisa menjadi sebuah kesatuan yang akhirnya bisa membuat penonton berkata aaaaahhh…

Tidak ada komentar: